Saya tidak kaget ketika Inggris kalah di perebutan tempat ketiga Piala Dunia 2018. Karena Belgia memang sudah tahu seluk beluk sepakbola Inggris. Pasalnya, mulai dari pelatih, asisten hingga pemain mencari ‘makan’ di Negeri Tiga Singa.
Dalam laga yang berlangsung di Stadion Saint Petersburg, Sabtu (14/7), Timnas Belgia meraih peringkat ketiga setelah mengalahkan Inggris 2-0. Dr Roud Deivil mencetak pertama melalui gol Thomas Meunier pada menit keempat. Pemain PSG itu memanfaatkan umpan Nacer Chadli dari sisi kiri.
Eden Hazard akhirnya menambah keunggulan untuk Belgia pada menit ke-82. Memanfaatkan umpan terobosan De Bruyne, Hazard melakukan solo run hingga berhadap-hadapan dengan Pickford. Tanpa kesulitan Hazard pun menempatkan bola ke tiang dekat dan membuat Belgia unggul 2-0.
Tak mencetak sebiji gol pun bukan berarti Inggris tanpa peluang. Sebelum gol kedua Belgia, pada menit ke-70 Eric Dier membuang peluang gol bagi Inggris. Setelah sukses melakukan operan satu-dua dengan Marcus Rashford dan melewati adangan pertahanan Belgia Dier tinggal berhadapan Thibaut Courtois dalam posisi satu lawan satu. Menengok posisi Courtois yang agak maju karena ingin mengambil bola bawah, Dier pun mencungkil bola. Sial, sebelum bola melewati garis gawang, Toby Alderweireld membuang bola tersebut. Inggris untuk kesekian kalinya gagal mencetak gol.
Meskipun menguasai jalannya pertandingan dengan penguasaan bola hingga 57 berbanding 43, serta melakukan passing sukses sebanyak 635 dengan 448 milik Belgia, namun Harry Kane dkk tetap gagal membongkar pertahanan rapat milik Belgia. Melihat permainan ini saya sedikit riang bin *mumang* (pening) sendiri, karena alur serangan Inggris cukup monoton. Begitu pula dengan Belgia yang juga acap mengancam lewat serangan balik cepatnya.
Ah sudahlah. Itu kekalahan kedua Pickford dkk dari Belgia selama guliran Piala Dunia 2018. Sebelumnya mereka juga kalah 1-0 dari tim yang sama pada babak penyisihan. Tepatnya matchday 3. Adnan Januzaj yang menjadi pencetak golnya.
Bagi Belgia, Hasil ini menjadi yang terbaik dalam sejarah mereka di Piala Dunia, setelah sebelumnya menempati peringkat keempat pada edisi 1986 di Meksiko usai kalah 2-4 dari Prancis.
Sementara itu Inggris finis keempat, laju terbaik dalam 28 tahun sejak mencapai peringkat serupa di Italia 1990. Finis keempat ini merupakan yang terbaik setelah merebut juara dunia pada 1966.
Pegang Rahasia
Dari kacamatan lain, saya melihat, kemenangan Belgia atas Inggris ini bukan kebetulan. Tapi ini buah dari pemahaman terhadap karakter bermain skuat Inggris. Pilar-pilar Belgia cukup paham dengan sepakbola negara David Beckham. Sebab mayoritas pemain Belgia merumput di Premier League alias Liga Inggris.
Bahkan, dalam line-up yang diturunkan pada laga tadi, hanya tiga orang yang bukan pemain Liga Inggris, yakni Thomas Meunier, Youri Tielemans dan Axel Witsel. Selebihnya, semua pemain-pemain yang merumput dan mencari ‘makan’ di kampung Pangeran William. Bukan hanya pemain, jajaran pelatih juga sama. Roberto Martinez terakhir pernah menjadi pelatih Everton dan sebelumnya membawa Wigan menjadi juara FA di Inggris.
Sementara asisten pelatih Belgia Thierry Henry malah menjadi legenda hidup klub London, Arsenal. Praktis hal-hal nonteknis ini amat membantu Belgia membuat Gareth Southgate dipercundangi Lukaku dkk.
Yang menariknya, di skuat Inggris sendiri tidak ada pemain yang merumput di liga luar negeri, karena meyakini Liga inggris-lah yang terbaik di muka bumi, sehingga tidak perlu lagi mencari ‘bocoran’ dan pengalaman di luar sana.
Kalau kita melihat tiga tim lainnya yakni Prancis, Kroasia, Belgia, semua pemain mereka ada para petualang di liga-liga elit Eropa selain Inggris, yakni La Liga (Spanyol), Serie A (Italia) dan Ligue 1 (Prancis). Rata-rata pemain mereka ada yang merumput di liga-liga yang sudah saya sebutkan tadi. Kecuali ‘singa-singa’ Inggris yang tak pernah keluar kandang. Bagi saya ini juga menjadi kelemahan Inggris, sehingga di turnamen-turnamen besar mereka keok lebih awal sebelum berjejak di final. Entahlah!
