Catatan Cek Boy
Perhelatan Pekan Olahraga Rakyat Aceh atau PORA XIV akan dilaksanakan pada tahun 2022 mendatang. Kabupaten Pidie ditunjuk sebagai tuan rumah. Pesta olahraga daerah empat tahunan ini sudah dinantikan semua insan olahraga. Kenapa?
Sudah barang tentu, bukan hanya masyarakat Pidie yang menunggu-nunggu event tersebut. Semua insan sudah rindu berat untuk kembali ke arena olahraga yang selama ini seperti sepi dari hingar bingar.
Karena saya adalah penggila sepakbola, maka sambil ngopi saya coba sedikit menulis tentang cabang favorit semua umat manusia di muka bumi ini, tentunya sambil ngobrol santai dengan kawan ditemaini secangkir kopi. hmm…
Beberapa daerah sudah mulai melakukan seleksi pemain untuk cabang ini yang di mulai oleh Aceh Besar, Bireuen dan yang terbaru adalah Banda Aceh. Ada banyak harapan yang kita apungkan pada olahraga populer sejagat itu.
Yang paling penting, goal-nya adalah kita ingin menengok bakat bakat muda Aceh unjuk kebolehan. Pada sisi lain, kita juga ingin melihat munculannya nama-nama baru di sisi teknis tim sepakbola semua daerah. Dengan kata lain, tim tim yang berlaga nanti ditangani oleh pelatih lokal Aceh.
Aceh tidak pernah kehabisan bakat bakat alami. Apabila dipoles di tangan yang tepat akan menjadi bintang baru tanoh Aceh diblantika sepakbola baik daerah dan nasional nantinya.
Makanya, menjadi penting dilakukan semua stakeholder sepakbola daerah. Apa itu? Harus aktif dalam memutar roda kompetisi di level usia muda. Tentunya roda organisasi pun harus diberikan kepada orang yang tepat agar pembinaan dapat dilakukan dengan baik pula.
Nah, ajang PORA khususnya cabang sepakbola tentu menjadi ladang adu gengsi semua daerah. Mulai level kepala daerah, pengurus Askot, Askab, pelatih, pemain hingga masyarakatnya. Karena menjadi juara umum tanpa emas sepakbola akan terasa hambar.
Itulah sebabnya ada yang menganggap tidak dapat emas di cabang lain tidak bermasalah asalkan dapat emas di sepakbola, Ada-ada saja. Karena itu, semua elemen peminat olahraga 90 menit itu selalu berharap tim daerahnya juara.
Lalu, bagaimana dengan Banda Aceh, yang menjadi barometer kesuksesan olahraga di Aceh. Tim dari Kota Gemilang ini sudah lama tidak merasakan sesi pengalungan medali emas di atas podium yang selalu menjadi rebutan semua tim.
Bahkan di Aceh Timur dan Aceh Besar lalu tidak mampu meloloskan tim karena harus tersingkir di level Pra-PORA. Kali ini, tentu saya dan semua warga kota ingin sekali melihat skuat ‘ibukota’ kembali lolos ke PORA di Pidie dan akan sempurna apabila juga turut meraih juara umum PORA seperti di Aceh Timur tahun 2014.
Langkah ke sana tidak mudah. Tentu saja, Lhoksemawe sebagai peraih emas cabang sepakbola pada ajang PORA XIII di Aceh Besar tidak ingin emasnya berpindah tangan ke tim lain.
Begitu pula dengan Pidie yang pernah meraih emas pada PORA XII di Aceh Timur tentunya ingin kembali merasakan podium tersebut. Jangan lupakan juga Bireuen yang selama ini dikenal sebagai gudang pemain berbakat. Pasti akan ada kuda hitam yang bakal menggebrak.
Terawangan saya kembali mendarat di meja kopi. Sambil menutup pembicaraan dengan kawan saya yang kopinya juga mau habis, kami sepakat bahwa, PORA tahun 2022 dapat terlaksana dan harus jadi pembangkit olahraga di Aceh dan khusus sepakbola.
Dengan begitu, akan muncul banyak talenta baru yang berpotensi mengharumkan nama daerah di masa hadapan. Nah, sebagai warga Kota Banda Aceh yang gemilang, tentunya juga kami ingin tim sepakbola dan kontingen Banda Aceh meraih hasil gemilang. Semoga!
Discussion about this post