Hardi Yanis sejatinya seorang dokter. Satu profesi yang mulia. Pak De Hardi — begitu kami menyapa, adalah sosok panutan. Khususnya di bidang sepakbola. Kita selalu merindukan sosok Pak De untuk menghidupkan sepakbola di Takengon.
Tulisan ini lahir sebagai bagian dari rasa berijin (terima kasih) kami kepada Pak De yang sudah purna tugas dari Direktur RSU Datu Beru Takengon. Saya dan anak-anak bola yang menjadi karyawan di rumah sakit, patut berterima kasih padanya.
Ada momen yang paling berat bagi saya. Dan tim boden sepak bola Takengon United yakni berjuang meloloskan tim ini masuk ke final Liga Aceh di tahun Kompetisi 2013 – 2014.
Betapa tidak, di antara tim besar kontestan Liga Aceh yang sarat gensi itu, kepada tim juara akan menjadi wakil Aceh ke event internasional, Arafura Games ,Australia dan Teluk Danga Games Malaysia. Kompetisi olahraga bangsa Melayu serumpun.
Kala itu, Dokter Hardi menjadi Presiden klub Takengon United FC. Saya ditunjuk sebagai manager tim. Saat itu masih menjabat sebagai ketua Komisi D DPRK Aceh Tengah. Target, membawa tim untuk lolols keputaran final.
Kami harus bermain di fase grup wilayah tengah; Gayo Lues, Aceh Tenggara, Singkil dan Subulussalam. Dalam format kompetisi (home dan away). Beliau merogoh kantong, yang tidak sedikit. Jangan tanya dari mana beliau cari dana. Sebagai manager tim, saya tahu beliau punya jaringan dan relasi yang luas.
Satu yang saya ingat saat beliau memotivasi anak-anak sebelum bermain, “kita datang bukan untuk pesiar, saya ngak mau dengar kabar kalian kalah. Kalau sakit saya obati, kalau kurang biaya telepon saya. Main cantik, kalian pantas main di liga, bukan untuk saya tapi untuk anda bisa menjadi pesepak bola profesional”.
Puncak prestasi kami, Takengon United bersama “Pak De Hardi” adalah juara Grup Wilayah Tengah 2013. Dan Runner-up Liga Aceh 2014 di Banda Aceh.
Di usia pembinaan, kami juara Piala Suratin U-16 wakil Aceh ke Tingal Nasional di Jogjakarta, bersama pelatih Iwan Sahara (Coach Iwan). Iwan adalah mantan pemain PSAP Sigli era 90-an.
Sedangkan turnamen terbesar yang digelar saat HUT Kute Takengon ke 44 adalah Bupati Aceh Tengah Cup. Menghadirkan tim Liga 2 bermain di Lapangan Musara Alun Takengon. Sejumlam pemain jemputan bertabur bintang Dokter Hardi membawa nama Datu Beru FC dibawah managmen BLUD RSU Datu Beru Takengon.
Tujuannya, untuk menghibur warga kota Takengon. Sejumlah pemain bintang pun, didapuk membela kesebelasan Datu Beru. Mulai dari Defri Risky, Fahrizal Dillah, Agus Suhendra, Faumi Sahreza, Mukhlis Rasyid, Kurniawan, dan Syakir Sulaiman. Best young player ISL ini pun pernah merasakan antusiasnya pencinta si kulit budar di lapangan Musara Alun Takengon.
Kini, kami mendengar kabar teman sejawat saya “Pak De” dokter Hardi Yanis, purna tugas dari Direktur RSU Datu Beru Takengon. Saya dan anak-anak bola yang menjadi karyawan di Rumah sakit, patut berterima kasih padanya.
Berijin (Gayo; terima kasih) dokter, kita tidak pernah kalah di lapangan hijau, tetapi kita kalah dengan usia. Pengabdian tak berbatas usia, budi baik akan selalu dikenang sepanjang masa.
Banda Aceh, 10 Juli 2021
Teman Sejawat di lapangan bola
BARDAN SAHIDI
Discussion about this post