ACEHFOOTBALL.net — Sosok ikonik Persiraja Banda Aceh, H Nasir Gurumud mendesak berbagai pihak untuk menyelamatkan tim bersejarah tersebut. Ia khawatir akibat arogansi pihak yang tak bertanggungjawab bikin Persiraja terjun bebas ke Liga 3.
“Apapun upayanya harus segera diselamatkan. Ini sudah sangat krusial. Kompetisi sudah dekat, persiapan belum ada sama sekali. Alamat buruk bagi sepakbola Aceh,” tutur Nasir Gurumud kepada wartawan Football Aceh dan Waspada baru-baru ini.
Ia menyebutkan, sebagai salah satu pemain yang ikut membesarkan dan membawa Persiraja juara Perserikatan 1980, Nasir berharap agar tim penuh sejarah itu diselamatkan. “Tidak bernasib buruk seperti klub-klub di Aceh lainnya,” ujar dia.
Menurut legenda hidup Persiraja ini, klub berjuluk Laskar Rencong bukan sekadar tim sepak bola. “Tim ini juga mimpi anak-anak Aceh yang ingin meniti karier di sepak bola. Persiraja itu jadi kebanggaan Aceh tempat mereka menggantungkan mimpinnya,” tukas mantan Kadis Sosial Aceh ini prihatin.
Nasir menyambut baik itikad baik dari Pemerintah Kota Banda Aceh yang membentuk tim transisi untuk menyelamatkan tim. “Dari sudut pandang saya ini bentuk tanggung jawab Pemko, sebagai pemilik klub,” sebut dia.
Hal senada juga diungkapkan Said Mursal yang pernah menjadi sebagai Ketua Umum Persiraja dan juga Manajer Tim Persiraja. Ia juga menyarankan agar semua pihak menyelamatkan dulu status Persiraja untuk bertahan di Liga 2.
Di acehherald.com, pria yang akrab disapa Papi ini mengatakan, Persiraja harus didaftar dulu agar bisa ikut kompetisi dan mendaftarkan pemain, karena itu syarat yang saling mengkait.
“Lupakan dulu soal sengkarut manajemen, karena itu bisa diselesaikan kemudian, asal semua pihak berpikir jernih dan tidak justru terkesan ingin memurukkan Persiraja,” katanya ketika dihubungi terpisah.
Mantan wartawan ini mengatakan, dirinya masih ingat dulu mengakuisisi klub tanpa pakai uang sepeserpun. Bahkan tanpa menunggu musyawarah klub klub yang ada di bawah Persiraja yang kala itu masih berstatus klub Persirakatan.
“Kalau mau jujur, waktu itu juga ada utang, tapi kami ikhlas saja, karena memang demi menyelamatkan Persiraja. Karena Persiraja kala itu sempat juga hidup atas belas kasihan simpatisan dan legion veteran yang punya perhatian,” kata Papi.
Masa suram Persiraja kala itu, memuncak setelah Wali Kota Banda Aceh Ir Mawardi Nurdin M.Eng meninggal dunia. Mawardi sangat peduli klub kebanggaan Kota Banda Aceh dan Aceh itu
Dalam kondisi tersebut, manajemen langsung limbung, hingga akhirnya Persiraja beralih kepemilikannya dan berhasil merangkak naik hingga ke kasta tertinggi sepakbola Indonesia Liga 1.
Kata Papi, saat masih berbentuk Perserikatan, Persiraja memiliki klub dengan level divisi utama, divisi 1 dan divisi 2. Klub klub itu diputar kompetesinya secara rutin dan menjadi sumber pemain untuk Persiraja. “Ada 12 klub menempati Divisi Utama, 15 klub Divisi 1 dan sisanya adalah Divisi 2.
Ketika ditanya utang manajemn lama Rp2.4 Miliar, Papi mengatakan hal tersebut wajar. Bahkan menurutnya bisa jauh lebih besar dari jumlah tersebut. Sebab, sesuai dengan pengalamannya yang telah malang melintang mengarungi Kompetisi Liga membawa Persiraja.
“Kala itu PT ISL hanya membantu sekitar Rp 100-an juta, kalau sekarang mungkin lebih. Tapi tetap saja jauh dari nilai ril kebutuhan kompetisi yang sudah menganut sistem home and away. Jadi bisa saja utang itu jauh di atas angka tersebut,” kata Said Mursal.
Hanya saja ia mengingatkan, semuanya harus ada hitam di atas putih, misalnya dengan laporan yang akuntabel, termasuk hasil RUPS, karena Persiraja berbadan hukum. “Kalau memang itu tak dilakukan, ya….sama saja dengan manajemen tukang pangkas atau truk pasir,” tutup Papi melempar analogi. [a]
Discussion about this post