Oleh: Coach Subhan
Kompetisi sepak bola anak yang berjenjang dan berkelanjutan seharusnya menjadi fokus Pemerintah Aceh, komunitas sepak bola serta entitas swasta. Sebab, kini menaruh harapan besar pada prestasi sepak bola Aceh. Untuk mencapai itu sangat dibutuhkan pembinaan anak usia dini sebagai pasokan hulunya.
Harus kita pahami bahwa, pertandingan sepak bola anak usia dini akan memastikan penciptaan generasi emas Aceh kedepannya. Stok bibit unggul yang bisa meningkatkan prestasi sepak bola Aceh ke kancah Nasional di masa depan.
Apalagi tahun depan, akan ada PON Aceh-Sumut. Sehingga dari sekarang perlu mencari pemain unggulan guna membawa pulang medali emas. Ini yang harus diperhitungkan mulai dari sekarang. Pertanyaannya, apakah kita sudah punya stok pemain punya mental untuk tampil di PON 2024? Menurut saya, saat ini masih meraba-raba, untuk membentuk skuat tim sepak bola PON Aceh. Apalagi dengan ketentuan umur yang dituangkan dalam aturannya.
Kita Aceh, wajib berupaya untuk menjaga ritme dan profesionalitas dari kompetisi sepak bola usia muda yang berjenjang dan berorientasi pada pembinaan secara baik dan benar. Kita harus meyakini bahwa, hanya dengan cara ini, anak-anak akan mendapatkan prestasi tinggi di sepak bola, baik nasional maupun internasional.
Semangat yang sama juga harus dipunya pengurus maupun pemain. Kita harus mengelola tim dengan semangat juang, kerja keras dan sportivitas untuk memberikan hasil yang terbaik. Mereka harus berpikir menggulirkan kompetisi secara berjenjang.
Mereka harus bisa bikin kompetisi pelajar U-9 dan U-10 jadi satu, lalu U-11 dan U-12 jadi satu, lalu U-13 dan U-16 jadi satu, lalu U-19 dan U-22 jadi satu. Sistemnya tak mesti mengadopsi pola nasional. Tapi kita bisa mulai per kota dulu atau per desa. Karena itu, kita sangat butuh kegiatan pembinaan sejak dari usia dini.
Kalau ini bisa jalan dua tahun, kita akan punya database tentang pemain muda dari seluruh Aceh yang unggul. Disinilah, institusi sepak bola harus hadir menjawab selaksa harapan masyarakat pecinta sepak bola.
Kompetisi
Bagi pemain profesional dan amatiran, libur kompetisi nasional, menjadi peluang mereka untuk unjuk kebolehan di turnamen tak resmi alias tarkam atau antar kampung. Saat jeda kompetisi, mereka bertaburan turun tarkam. Motivasi mereka mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan rumah tangganya.
Mungkin ada beberapa klub menjamin pemain profesional mendapat gaji yang pantas dari klub yang menaunginya. Tentu mereka punya kesepakatan-kesepakatan yang tak boleh dilanggar. Artinya biaya hidup si pemain sudah dijamin oleh klub. Dengan demikian, ada batasan tak tertulis yang membuat mereka tidak bersedia turun di tarkam.
Pun begitu, tetap ada saja yang lolos dan bermain sesuka hatinya turun di tarkam. Untuk mengakalinya, tarkam dianggap seolah wadah menjaga kebugaran. Padahal, bermain tarkam sangat rentan terkena cedera, yang tak sedikit membuat pemain harus menepi sangat lama bahkan permanen.
Rentan terkena cedera, disebabkan faktor lapangan yang tak sesuai standar, potensi kericuhan usai pertandingan, hingga tak ada jaminan kesehatan apabila terkena cedera. Hal ini mengintai para pemain setiap berlaga tarkam.
Kita pasti sepakat bahwa tarkam sangat “diharamkan” bagi para pemain profesional, tapi kita juga harus menyadari hingga batas tertentu. Namun, karena kondisi tak ideal serta terdesak masalah domestik, lalu mereka pun sepakat mewajarkan tarkam.
Ketika masa kompetisi liga profesional sudah libur, mereka memanfaatkan itu untuk tujuan seperti yang saya paparkan sebelumnya. Jadi, menurut saya, disaat libur kompetisi profesional, pemerintah Aceh melalui lembaga terkait harus punya agenda rutin.
Misalnya dengan menggelar Liga Sepak Bola Aceh. Kompetisi berjenjang sesuai kelompok umurnya, tentu akan memberi atmosfer yang berbeda. Kita tahu persis kalau hanya latihan saja itu tidak cukup. Makanya dibutuhkan hadirnya kompetisi. Outputnya adalah bisa mengasah kemampuan pemain serta bisa merasakan atmosfer kompetisi. Jam terbang dan pengalaman tanding juga perlu.
Dengan begitu, bukan tak mungkin akan lahir tim yang kuat dan solid di Aceh yang dipersiapkan untuk menghadapi PON Aceh-Sumut tahun 2024 mendatang. Semoga.
Discussion about this post