Oleh Masri Fithrian
Di sepakbola modern saat ini, pelatih akan mencari talenta muda dengan skill dan kualitas bintang. Minimal mampu bermain apik didua posisi dan menjadi pembeda. Pesepakbola dituntut lebih memiliki visi bermain secara tim dan saja punya kreativitas tinggi membaca permainan, bukan cuma kreatif dalam mengelola postingan di media sosial.
Dalam proses menuju hal tersebut diatas, bakat saja tentu tidak cukup. Banyak faktor yang mempengaruhi, ada fisikal maupun sikap mental. Faktor non teknis juga berkontribusi dalam tumbuh kembangnya atlit termasuk lingkungan pergaulannya bahkan dalam hal memilih idola.
Talenta muda semestinya punya idola. Hanya saja, sudah tepatkah pilihannya??.
Mengagumi seorang pemain bintang bukan hanya karena prestasinya tapi juga skill dan kontribusi pemain tersebut dalam skema permainan.
Disinilah peran panutan menjadi penentu. Talenta muda yang mengidolakan pemain lokal yang bermain di kasta profesional (liga 2 dan liga 1) meskipun bukan skuad timnas masih bisa diterima. Idola yang tepat dapat menentukan masa depan.
Bagi penikmat sepakbola, mengidolakan pemain apapun posisi bermainnya itu wajar. Mau memilih kiper, pemain bertahan, gelandang ataupun penyerang itu subjektif, ada alasan tersendiri. Bahkan ada yg memilih pelatih sebagai idola.
Penulis sendiri adalah fans Mourinho. Pelatih yang sangat detail dalam membaca kelebihan dan kekurangan setiap pemain. Mengidolakannya menjadikan rasa ingin tau berlebih bagaimana cara seorang Mou memainkan psy war sebelum laga. Menggali alasan alasan non teknis darinya, dibalik laga laga penting demi memenangkan pertandingan.
Namun, bagimana dengan talenta muda yang mengidolakan pemain bintang tarkam ?. Jujur, dalam hal tersebut tak ada yang salah. Hanya saja level pemain idola dapat menjadi pembatas mimpi yang ingin kita wujudkan. Ada ungkapan yang cocok dari Soekarno tentang hal tersebut “Bermimpilah setinggi langit, jika engkau jatuh engkau akan jatuh diantara bintang bintang”.
Dengan peran media global, mengidolakan bintang sepakbola internasional bagi talenta muda menjadi sangat lumrah. Menjadi fans bukan cuma menikmati cara mereka mengolah bola dan belajar kemampuan taktikal di atas lapangan semata. Namun baiknya, mencari tahu macam mana hidup telah menempa mentalnya. Tekad kuat dan perjuangan idola mengatasi rintangan dan hambatan.
Selanjutnya, bagaimana usaha mereka mendisiplinkan diri berlatih secara kontinu. Apa yang menjadi latar belakang keputusan memilih bertahan dan berpindah klub demi karir. Semua hal itu merupakan proses panjang mendewasakan diri dan membentuk attitude yang baik. Dan yang paling penting upaya mereka agar mampu memaksimalkan potensi diri sebagai calon bintang dengan pelatih yang berbeda.
Media saat ini telah banyak menyajikan kisah kisah pesepakbola dunia, tak sulit mencari referensi perjalanan hidup dan karir para idola. Dengan demikian, jadikanlah kisah-kisah tersebut memantik pikiran- pikiran positif dalam mengejar karir profesional.
Penulis merekomendasikan channel youtube Bola Harri sebagai pembelajaran. Nikmatilah sampai tuntas, bagaimana kisah anak pemulung imigran menggapai mimpi sepakbolanya dalam episode “ N’Golo Kante, Rendah Hati meskipun Menang Segalanya”. Kemudian, dari Benua Afrika ada perjalanan hidup seorang bocah miskin dari Bambali menjadi pahlawan Senegal dalam episode “Sadio Mane Melawan Kemustahilan”.
Ada banyak cerita lain seperti pencapaian pesepakbola Asia di level internasional. Talenta muda berusia 16 tahun mampu mewujudkan mimpi besarnya menembus liga utama Eropa, dengan menaklukkan ketakutan mengatasi hambatan perbedaan budaya dan bahasa. Kisah tersebut bisa anda saksikan di episode “Son Heung Min: Fenomena dari Asia”.
Sebagaimana kisah kisah para idola, maka bagi talenta muda tak perlu takut bermimpi menjadi pemain profesional. Yakin, tekun dan percayalah kalian dapat menuliskan lembaran kisah tersendiri menjadi bintang di kemudian hari.
Bila saat ini ada keterbatasan sarana dan prasarana berlatih, itu hanyalah hambatan yang tidak seberapa, yang utama adalah kemauan dan tekad baja dari diri talenta muda itu sendiri. Bermimpilah yang tinggi dan jadilah seperti idola.
Discussion about this post